Sampah yang ditinggalkan di Gunung Semeru

Fakta Tentang Sampah yang Ditinggalkan Pendaki di Gunung

Mendaki gunung merupakan olahraga dan sekaligus aktivitas wisata alam yang digemari banyak orang saat ini. Namun seiring meningkatnya ketertarikan mendaki gunung, membuat beberapa risiko kerusakan alam oleh oknum pendaki yang tak bertanggungjawab semakin meningkat pula. Menjelang musim mendaki gunung yang semakin dekat, agar menjadi perhatian kita bersama sebagai petualang dan penjelajah alam, berikut Penjelajah paparkan fakta tentang sampah yang ditinggalkan pendaki di gunung.

1. Sampah Menjadi Pemandangan Buruk yang Semakin Umum Dijumpai di Gunung

Kondisi sampah yang ditinggalkan di area taman nasional dan gunung di Indonesia saat ini sudah ada di tahap yang mengkhawatirkan. Jika kamu berkunjung ke gunung – gunung yang ramai didatangi pendaki, sampah hampir menjadi pemandangan yang umum. Apalagi di lokasi camping atau tempat mendirikan tenda. Banyaknya sampah ini diakibatkan karena kesadaran pengunjung yang rendah akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Tak jarang, sebagian orang yang memutuskan mendaki gunung kurang memiliki pengetahuan tentang konservasi atau memahami etika lingkungan hidup. Oleh karena itu, sebagai pendaki yang sadar lingkungan, sudah kewajiban kita untuk mengingatkan pendaki lain yang membuang sampah sembarangan untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam.

2. Sekitar 250 Kilogram Sampah yang Ditinggalkan di Gunung Semeru Setiap Hari

Fakta satu ini bisa dibilang cukup mengejutkan. Dari data yang diambil oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tercatat bahwa rata-rata setiap pengunjung membuang sekitar 0,5 kilogram sampah. Jika satu hari ada sekitar 200 hingga 500 orang yang naik ke Gunung Semeru, maka diperkirakan ada 250 kilogram sampah yang ditinggalkan setiap hari. Tentu saja ini adalah jumlah yang besar dan mengkhawatirkan.

3. Jenis Sampah Plastik Mendominasi Dibandingkan Jenis Sampah Lainnya

Berdasarkan aktivitas bersih – bersih sampah di gunung yang pernah dilakukan, diketahui bahwa sampah plastik menjadi sampah terbanyak yang ditinggalkan di gunung dan hutan Indonesia. Sampah lain yang juga paling sering ditemukan yaitu sampah botol plastik dan puntung rokok. Selain itu, ada pula sampah kaleng makanan dan minuman, tisu basah, kemasan makanan, dan lain – lain.

4. Ada Komunitas Bernama Trashbag Community yang Rutin Mengadakan Kegiatan Sapu Jagad di Gunung

Berangkat dari kepedulian akan alam yang bersih, pada tahun 2011 berdiri sebuah komunitas peduli sampah yang bernama Trashbag Community. Secara berkala, anggota komunitas melakukan pendakian ke gunung untuk memungut dan menurunkan sampah – sampah yang ditinggalkan para pendaki yang tak bertanggungjawab.

Foto utama oleh: Thrashbag Community

5. Bersih – Bersih atau Mengambil Sampah Orang Lain di Gunung Tidak Cukup

Untuk mengurangi jumlah sampah yang ditinggalkan di alam, tidak cukup hanya dengan menurunkan sampah secara berkala. Kerja sama berbagai pihak diperlukan untuk meningkatkan kesadaran pendaki dan masyarakat lainnya untuk tidak meninggalkan sampah di gunung. Dalam hal ini diperlukan keterlibatan dari manajemen taman wisata alam atau taman nasional, rohaniawan, tenaga terdidik, psikolog, sesama pendaki atau pengunjung lain untuk mengingatkan atau menegur, hingga media komunikasi.

6. Sampah yang Ditinggalkan di Alam Akan Berbahaya Bagi Ekosistem

Sampah yang ditinggalkan oleh pengunjung taman nasional atau gunung sebenarnya bukan sekedar merusak pemandangan atau menyebabkan alam menjadi kotor saja. Lebih jauh di balik itu, sampah yang ditinggalkan di gunung akan mengganggu ekosistem gunung dan hutan. Sampah plastik merupakan sampah yang sangat sulit dan bahkan tak bisa diuraikan oleh bakteri di alam. Keberadaan sampah plastik, akan merusak kondisi tanah dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Selain itu, sampah bekas makanan yang dibuang ke sekitar sumber air atau ke sungai dapat menyebabkan sumber air tercemar dan membahayakan hewan – hewan yang ada di sana. Sumber air yang tercemar pun dapat mengganggu kesehatan pendaki yang meminum air dari sumber tersebut. Di samping itu, adanya sisa sampah makanan yang ditinggalkan akan dimakan oleh hewan yang sedikit atau banyak dapat mengganggu kestabilan alam.

Sebagai pendaki cerdas dan budiman, mari kita selalu berkomitmen untuk menjaga kebersihan lingkungan dan tidak merusak alam. Bersabar lah untuk membawa turun kembali barang – barang atau sisa konsumsi yang dapat menimbulkan sampah. Jangan sampai rasa malas membuat kita berkontribusi atas perusakan alam. Lebih jauh lagi, berusaha lah mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai dan terapkan etika lingkungan hidup ketika kita berpetualang di alam bebas.

Renungkan dalam hati, apakah kita pantas disebut petualang sejati saat diri kita “kalah terhadap rasa malas” untuk membawa turun kembali sampah kita? Apakah kita pantas dikenal orang lain sebagai pendaki gunung sementara kita merusak alam “tempat kita menjadi terkenal” itu?

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments