Keramahan Masyarakat Desa Oi Bura, Kaki Gunung Tambora

Desa Oi Bura yang teletak di bawah kaki Gunung Tambora, NTB terkenal dengan biji kopinya yang luar biasa. Terlebih lagi keramahan masyarakat yang mendiami kampung tersebut menambah suasana kenyamanan pada saat pengabdian berlangsung di desa tersebut.

Desa Oi Bura merupakan salah satu desa di bawah kaki Gunung Tambora, Kabupaten Bima, NTB. Secara administrasi Desa Oi Bura terbagi menjadi 3 dusun yaitu Dusun Tambora, Dusun Jembatan Besi, dan Dusun Sori Bura.

Sekitar jam 5 pagi aku dan teman-temanku berangkat dari Kota Bima menuju Desa Oi Bura untuk melakukan aksi kemanusiaan. Dalam ekspedisi ini kami terdiri dari mahasiswa, dosen dan tenaga profesional di bidang kesehatan. Perjalanan ke Desa Oi Bura memakan waktu 6 jam lamanya, ditambah lagi ekspedisi kali ini dikawal 2 orang anggota BNPB dari Kota Bima yang bersedia untuk terjun langsung ke Desa Oi Bura yaitu Pak Dodi dan Bang Radit. Kami diberikan bantuan berupa kendaraan oleh Pak Dodi selaku koordinator umum BPBD Kota Bima dikarenakan kondisi perjalanan yang ekstrem dan susahnya akses kendaraan umum untuk mencapai ke Desa Oi Bura. Sebagai catatan, kendaraan umum yang akan menghantarkan menuju Desa Oi Bura hanya beroperasi pada pukul 05.00 WITA dan 12.00 WITA.

Savana Gunung Tambora

savana gunung tambora
Savana gunung tambora

Selama diperjalanan kami banyak melewati perkebunan jagung masyarakat, dan hal yang paling mengesankan ketika kami melewati savana Gunung Tambora dan Balai Taman Nasional Tambora. Di savana hewan ternak dibiarkan bebas berkeliaran tanpa di ikat sekalipun, menimbang kondisi savana yang subur dengan rerumputan sehingga membuat para peternak tidak perlu repot-repot untuk memberi pakan kepada hewan ternaknya.

Keramahan Masyarakat Desa Oi Bura

Warga disini terkenal ramah dengan pendatang. Mereka tak segan memberikan hasil komiditi perkebunan mereka untuk menjamu pendatang yang telah datang ke desa mereka. Masyarakat Kampung Sumber Urip juga aktif berkomunikasi kepada kami, mereka tak segan untuk bertegur sapa dengan ramah kepada kami. Setiap kali kami melewati rumah mereka, ajakan untuk mencicipi kopi hasil dari kebun mereka tak pernah surut untuk ditawarkan kepada kami.

Pernah pada suatu hari ketika kami di undang untuk mengikuti acara di rumah salah satu masyarakat setempat, kami ditunggu selama 2 jam lamanya. Padahal pada saat itu kami sedang melakukan rapat sehingga kami semua berpikir tuan rumah yang punya hajatan sudah memulai acara tanpa adanya kehadiran kami. Namun, ternyata dugaan kami semua salah, masyarakat disini rela menunggu kehadiran kami dari pada harus memulai acaranya. Kearifan lokal ini lah yang pantas untuk diapresiasi, karena belum tentu masyarakat kota mau menunda lama acaranya demi kehadiran tamu yang telah diundang.

Kegiatan Pengabdian Masyarakat

kegiatan pengabdian masyarakat
Kegiatan pengabdian masyarakat

Selama beberapa hari di Desa Oi Bura, kami melakukan kegiatan cek kesehatan, dan pemberian obat, serta memberikan pengetahuan pentingnya menjaga pola hidup sehat kepada masyarakat setempat. Masyarakat disana tidak pernah dikunjungi oleh dokter atau tenaga medis yang lain, hal ini dikarenakan letak posisi Kampung Sumber Urip, Desa Oi Bura yang terisolir serta jalan menuju desa rusak parah membuat orang melupakan keberadaannya. Tidak lupa pula, kami juga memberikan pendidikan kepada anak-anak Desa Oi Bura untuk bekal mereka dalam menghadapi kemajuan zaman di masa yang akan datang.

Biji Kopi Tambora

biji kopi tambora
Biji kopi tambora

Kampung Sumber Urip, Desa Oi Bura juga merupakan salah satu penghasil biji kopi terbesar di Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakat setempat sudah menanam kopi sejak zaman penjajahan Belanda. Terbukti terdapat villa dan pabrik kopi yang ditinggalkan oleh Belanda setelah Indonesia merdeka. Biji kopi desa ini terdiri dari jenis Robusta dan Arabica, untuk menjaga kualitas biji kopi mereka, biasanya masyarakat Kampung Sumber Urip akan keluar dari rumah pada pukul 6 pagi dan pulang ketika menjelang pukul 5 sore, hal ini untuk mencegah kebun kopi mereka terserang dari hama binatang liar dan semak belukar yang merusak pohon kopi mereka.

Pada saat musim panen masyarakat setempat akan memastikan biji kopi mereka benar-benar sudah matang atau berwarna kecokelatan atau merah buah ceri. Mereka mengelola biji kopi dengan cara tradisi lokal, terbukti sejak zaman Belanda hingga sampai saat ini biji kopi mereka bisa tetap terjaga kenikmatannya.

Kami dari tim ekspedisi dalam bidang ekonomi memberikan wawasan kepada salah satu petani kopi Tambora untuk menjual biji kopi mereka kepada pabrik yang berada di Surabaya, karena kami ingin petani kopi Tambora, biji kopinya bisa dihargai dan keuntungannya bisa mensejahterakan kehidupan mereka. Menurut masyarakat setempat, jika ingin membeli langsung kepada mereka maka kamu harus datang pada bulan Juli atau Oktober, karena pada saat itu mereka sedang memanen biji kopi mereka.

Jika teman-teman ingin menjelajahi puncak Gunung Tambora, jangan lupa pada saat turun sempatkan mampir ke Kampung Sumber Urip, Desa Oi Bura untuk membeli biji kopi dari masyarakat setempat, agar perekonomian masyarakat disana dapat terbantu.

“Berpetuanglah engkau, agar kau peduli dengan kondisi masyarakat di pelosok”

Muhammad Syahdan Keliat
balai taman nasional tambora
balai taman nasional tambora
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments