Kill Nothing But Time Leave Nothing But Footprints”
Kutipan ini tentu sering didengar oleh para petualang atau traveler sebagai panduan dasar etika lingkungan hidup saat beraktivitas di alam terbuka. Gunung, sungai, danau, laut, atau tempat mana pun yang kita datangi merupakan habitat bagi mahluk hidup lain dengan ekosistem tersendiri, yang kondisinya tentu berbeda dengan lingkungan di perkotaan. Karena itu sudah kewajiban bagi siapa pun yang beraktivitas di alam bebas untuk menjaga keasrian dan etika lingkungan hidup serta tidak memberikan paparan yang dapat mempengaruhi kehidupan mahluk hidup di tempat tersebut.
Take Nothing But Picture
Jangan Ambil Apapun Kecuali Foto
Di alam kita akan menemukan banyak hal yang sangat indah. Mulai dari pemandangan, tumbuh-tumbuhan, hewan, hingga ornamen-ornamen alami. Tak jarang hal-hal tersebut membuat kita sangat terdorong untuk mengambilnya dan menjadikannya koleksi pribadi, atau diberikan sebagai hadiah kepada orang spesial. Tentu saja hal itu tidak boleh dilakukan karena akan berdampak buruk pada kelangsungan situs alam tersebut.
Mengambil ornamen alam dapat merusak keindahan dan warisan alami di tempat tersebut. Di dalam goa misalnya, terdapat ornamen-ornamen goa yang terbentuk secara alami seperti stalaktit, stalakmit, pilar goa (cave coloumn), mutiara goa (cave pearls), dan lain-lain. Agar dapat terbentuk, ornamen-ornamen tersebut membutuhkan waktu yang lama yaitu belasan bahkan puluhan tahun, beberapa ornamen bahkan juga memerlukan proses yang kompleks. Maka apa yang terjadi jika ada orang yang seenaknya mematahkan stalaktit untuk dikoleksi di kamar tidurnya? Atau mengambil mutiara goa untuk diletakkan di lemari pajangan ruang tamu? Rusak lah dalam sekejap keindahan dan kekayaan yang telah terbangun puluhan tahun. Caver sejati pasti mengerti dan tidak akan melakukan itu.
Ornamen goa: stalaktit, stalagmit, dan pilar goa
Selain merusak keindahan situs alami, mengambil suatu bagian tertentu dari alam dapat juga mengganggu ekosistem di lokasi tersebut. Terumbu karang misalnya, ekosistem yang terbentuk dengan proses selama puluhan bahkan ratusan tahun ini, jika dirusak pasti mengganggu kelangsungan hidup ikan-ikan dan fauna lain di sekitar terumbu karang tersebut. Bahkan ada ikan spesies tertentu yang hanya dapat hidup di koral jenis tertentu saja, sehingga kerusakan koral tersebut akan mengakibatkan matinya spesies ikan itu.
Intinya, jangan ambil apa pun ketika berpetualang ke alam liar, kecuali foto!
Kill Nothing But Time
Jangan Bunuh Apapun Kecuali Waktu
Pergi ke alam bebas akan membawa kita masuk ke habitat hewan-hewan liar, termasuk hewan buas dan reptil-reptil berbisa. Jadi jika ada ular berbisa di jalur yang kita lewati tidak boleh dibunuh? Betul sekali. Ketika merencanakan perjalanan, kita pasti juga sudah memikirkan tentang jalur yang kita tempuh, sehingga kita seharusnya telah memperhitungkan apa saja yang mungkin kita temui di jalur tersebut. Menghindar lah jika menemui hewan liar yang menghalangi jalan, atau usir mereka dengan aman tanpa membuat hewan tersebut stress.
Bagaimana dengan membunuh serangga? Jika serangga tersebut sangat mengganggu dan kita mengetahui bahwa jenis serangga tersebut bereproduksi dengan ratusan atau ribuan telur dalam satu siklus, sehingga membunuh beberapa ekor tidak berdampak signifikan pada ekosistem, maka boleh saja dibunuh. Nyamuk contohnya. Tapi untuk pencegahan gigitan nyamuk, lebih baik jika juga menggunakan lotion anti nyamuk.
Leave Nothing But Footprints
Jangan Tinggalkan Apapun Kecuali Jejak
Bagaimana keadaan suatu tempat saat kita datangi, ketika pulang kita harus meninggalkannya dengan kondisi yang sama seperti awal kedatangan. Jika mandi di suatu perairan di alam bebas, maka sebaiknya tidak menggunakan sabun, sampo atau zat kimiawi lain agar tidak mencemari lingkungan wilayah tersebut. Jangan tinggalkan barang-barang apalagi sampah!
Cara yang paling baik adalah dengan meniadakan benda-benda yang dapat menjadi sampah sejak awal keberangkatan. Jangan gunakan kemasan plastik atau sachet, tempatkan bahan-bahan makanan pada kontainer yang dipakai berkali-kali atau reusable untuk dibawa.
Cara terbaik kedua adalah membawa kembali sampah tersebut ke kota. Di lingkungan tropis, sisa-sisa makanan yang dapat membusuk bisa dikubur dengan cara menimbunnya pada tanah. Namun jika waktu tempuh perjalanan menuju kota tidak lama dan sisa-sisa makanan tersebut masih bisa dibawa, maka lebih baik dibawa saja untuk kemudian dibuang di kota.
Itulah etika lingkungan hidup dasar yang perlu dipatuhi selama melaksanakan kegiatan outdoor. Dengan menerapkan prinsip 3-nothing yaitu “jangan ambil apapun selain foto, jangan bunuh apapun selain waktu, jangan tinggalkan apapun selain jejak”, kita telah melakukan upaya minimal untuk menjaga kelestarian alam.
Dani Keliat adalah seorang entrepreneur yang suka berpetualang dan menulis. Aktif di organisasi pecinta alam saat di kampus dulu, Dani telah terlatih dalam kemampuan olah raga alam bebas khususnya arung jeram, gunung-hutan, dan keahlian bertahan hidup di alam bebas.
Sebagai founder dan CEO Penjelajah, dan juga perusahaan lain di bidang wisata minat khusus yang memfasilitasi petualangan dan ekowisata, Dani telah terbiasa mengelola perjalanan, serta sering menjadi pemandu arung jeram (river guide/skipper) dan pemandu gunung (mountain guide).