Kenapa Berjalan-jalan di Hutan Baik Bagi Kesehatan Fisik dan Mental?

shinrin-yoku or forest-bathing

Orang-orang Jepang memiliki tradisi yang disebut shinrin-yoku, secara harfiah berarti “mandi hutan.” Di Indonesia dan negara-negara lain mungkin kita di kehidupan urban sehari-hari bisa dengan sekedar jalan-jalan di taman kota. Intinya, orang-orang di seluruh dunia paham secara intuitif bahwa alam memiliki manfaat restoratif bagi kesehatan, baik fisik maupun mental. Mengapa? Bagaimana kah penjelasannya?

Para saintis telah mengembangkan berbagai macam teori tentang manfaat spesifik yang dapat diberikan oleh alam untuk kebaikan fisik dan mental, mulai dari udara yang bersih dan ketiadaan polusi suara, sampai efek peningkatan kekebalan tubuh yang cukup jelas terlihat efeknya pada penggunaan “uap minyak atsiri hutan (wood essential oils)”. Tapi sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa manfaat alam yang paling kuat dapat berasal dari bagaimana pepohonan, burung-burung, dan sunsets mampu menarik perhatian kita dengan lembut, bukan dengan merebut secara paksa.

Penelitian tersebut, yang diterbitkan pada Journal of Affective Disorders, menemukan bahwa para subjek riset yang merupakan penderita depresi, jika berjalan-jalan selama 50 menit di taman hutan akan mengalami peningkatan kognisi. Sebagaimana diukur melalui kemampuan mereka untuk mengingat deretan angka acak dan mengulanginya kembali dalam urutan sebaliknya, dibandingkan dengan subjek penderita depresi yang berjalan-jalan di jalanan kota. Sebuah studi lain yang telah lebih dulu dilakukan juga menemukan hasil yang sama terhadap subjek yang bukan penderita depresi.

Penjelasannya, menurut penulis utama Marc Berman yang merupakan peneliti di Rotman Research Institute di Baycrest, Toronto, adalah terletak di perbedaan antara dua jenis perhatian atau kesiagaan yaitu: “sadar” (voluntary), yang mana kita secara sengaja berfokus pada sesuatu; dan “tak sadar” (involuntary), dimana sesuatu menarik perhatian kita.  

Kemampuan untuk mengarahkan perhatian voluntaryadalah sangat penting di kehidupan sehari-hari (dan untuk tugas-tugas kognitif seperti mengingat angka acak), namun kemampuan ini sangat mudah lelah. Dr. Berman dan rekan-rekannya percaya bahwa berjalan-jalan di taman memberikan waktu istirahat kepada perhatian voluntary, karena pikiran kita punya kesempatan untuk berkelana tanpa tujuan dan menyatu dengan lingkungan sekitar secara involuntarynamun dengan lembut.

“Di banyak wilayah alam terbuka, kita jauh dari kebisingan dan distraksi,” Dr. Berman menjelaskan. “Di alam cenderung tidak ramai jadi kita tidak harus khawatir bertabrakan dengan orang lain, dan juga alam memiliki stimulasi penglihatan yang menarik, yang mampu menangkap perhatian kita secara otomatis.”

Sebaliknya, klakson kendaraan, lampu lalu lintas, jalanan yang padat, serta hal-hal lain yang merupakan komponen kehidupan modern di kota besar secara terus-menerus memaksa kita menggunakan perhatian voluntaryuntuk bereaksi atau menghalanginya. Hal ini membuat kita lelah dan kemampuan kognitif semakin terkuras habis.

Melihat penjelasan tersebut, apakah berarti manfaat alam sebagian besar ada di kepala kita? Memang benar bahwa hanya dengan melihat alam keluar jendela, atau pada tingkat yang sedikit lebih rendah yaitu melihat gambar/foto pemandangan alam, dapat menghasilkan beberapa efek yang sama, namun lingkungan fisik itu sendiri mungkin juga memiliki peran, kata Dr. Berman.

sunrays in jungle path

Salah satu faktor lingkungan fisik yang jelas berpengaruh adalah kualitas udara: sekali paparan terhadap udara yang tercemar dapat memicu masalah paru-paru dan jantung, dan paparan kronis telah dikaitkan dengan penurunan kognitif. Bahkan taman di pusat kota dan jalur sepeda di tepi sungai cenderung memiliki kualitas udara yang lebih baik daripada jalan-jalan kota yang sibuk, dan pepohonan menawarkan efek perlindungan tambahan. Tingkat emisi kendaraan pada wilayah yang hanya berjarak 200 meter dari jalan telah empat kali lebih rendah dibandingkan dengan di trotoar sebelah jalan.

Sebuah temuan yang lebih tidak biasa, yang diajukan oleh para peneliti di Nippon Medical School Jepang, adalah bahwa pepohonan mengeluarkan kabut halus “minyak esensial kayu” (wood essential oils) yang menyehatkan. Dalam serangkaian studi shinrin-yoku, para peneliti melaporkan bahwa berjalan-jalan selama dua jam di hutan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh (yang diukur dengan tingkat “sel natural killer“), mengurangi tingkat hormon stres dan menurunkan tekanan darah, dibandingkan dengan berjalan-jalan di pusat kota Tokyo.

Pepohonan mengeluarkan kabut halus “minyak esensial kayu” (wood essential oils) yang menyehatkan.

Namun demikian, fakta bahwa gambar-gambar alam dapat menghasilkan manfaat kognitif menunjukkan bahwa setidaknya sebagian dari efek adalah dimediasi oleh apa yang kita lihat. Salah satu hipotesis sederhana adalah warna: pemandangan alam cenderung tampak lebih hijau dari pemandangan perkotaan. Kemungkinan kecil lain yaitu bahwa lanskap alam memiliki pola fraktal lebih banyak – klasifikasi matematis yang menggambarkan bentuk kompleks dari fenomena seperti garis pantai, pegunungan dan kuntum brokoli – dibandingkan dengan garis lurus sederhana yang menjadi ciri lingkungan buatan manusia.

Lanskap alam memiliki pola fraktal lebih banyak dibandingkan dengan garis lurus sederhana yang menjadi ciri lingkungan buatan manusia.

“Mungkin dengan melihat pola fraktal ini mampu menangkap perhatian secara otomatis, yang kemudian mengarah ke proses pemulihan yang lebih baik,” kata Dr Berman.

Mencoba-coba variabel kunci akan membutuhkan waktu – dan pada akhirnya, tampaknya tidak mungkin bahwa hanya ada satu hal ajaib atau satu minyak esensial yang sepenuhnya menjelaskan tentang panggilan alam atau lingkungan semi-liar ini. Untuk saat ini, telah cukup untuk diketahui bahwa manfaat paparan alam adalah nyata dan dapat diukur. Dan di dunia yang semakin mendistraksi dan terdistraksi ini, keberadaaan alam terbuka lebih penting dari sebelumnya.

Demikian lah penjelasan kenapa berjalan-jalan di hutan sangat baik bagi kesehatan tubuh secara fisik maupun mental. Pergi lah ke alam terbuka secara rutin, minimal berjalan-jalan lah di taman kota yang memiliki pepohonan, demi mengistirahatkan kesadaran voluntary agar otak tidak lelah dan menghirup udara segar.

Disadur dari:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments